Ilmu
Pendidikan
Pengertian
Istilah paedagogiek (ilmu pendidikan) berasal dari
bahasa Yunani pedagogues dan dalam bahasa latin paedagogus yang berarti pemuda yang bertugas mengantar anak
kesekolah serta menjaga anak itu agar bertingkah laku susila dan disiplin, jika
perlu anak dipukul apabila ia
nakal. Istilah itu kemudian digunakan untuk pendidik (pedagog) dan perbuatan mendidik (pedagogi) serta ilmu pendidikan (paedagogiek). Ilmu pendidikan dalam bahasa inggris adalah pedagogy
yang artinya sama dengan the study of
educational goals and proceses.
Beberapa
batasan ilmu pendidikan
a. Menurut
Prof. Dr. M.J. Langeveld
“ Paedagogiek
atau ilmu mendidik ialah suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk
mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu melainkan mempelajari pula
betapa hendaknya bertindak”
Menurutnya objek
ilmu pendidikan adalah proses-proses atau situasi pendidikan
b. Menurut
Prof. Brodjonegoro dan Drs. Soetedjo
“Ilmu pendidikan
atau paedagogiek adalah teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam
arti yang luas Paedagogiek adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal
yang timbul dalam praktek pendidikan”
c. Menurut
Dr. Sutaro Imam Barnadib
“ Ilmu
pendidikan mempelajari suasanan dan proses-proses pendidikan”
d. Menurut
Prof. Dr. N. Driyarkara
“Ilmu pendidikan adalah
pemikiran ilmiah tentang realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik dan
dididik). Pemikiran ilmiah bersifat kritis, metodis, dan sistematis.”
Driyarkarya
menjelaskan sifat kritis, metodis dan sistematis sebagai berikut :
Kritis
berarti semua pernyataan, semua afirmasi harus mempunyai dasar yang cukup kuat.
Orang yang bersikap kritis ingin mengerti betul-betul (tidak hanya membeo),
ingin menyelami sesuatu dengan seluk-beluknya dan dasar-dasarnya.
Metodis
berarti bahwa dalam proses berpikir dan menyelidiki itu orang menggunakan suatu
cara tertentu.
Sistematis
berarti bahwa pemikir ilmiah dalam prosesnya itu dijiwai oleh suatu idea yang
menyeluruh dan menyatukan sehingga pikiran-pikirannya dan pendapat-pendapatnya
tidak tanpa hubungan melainkan merupakan kesatuan.
Adapun Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam
pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya
ke arah kedewasaan.
Atau lebih jelas lagi :
Pendidikan ialah pimpinan yng diberikan dengan sengaja
oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani)
agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat.
Unsur-Unsur Dasar Ilmu
Pendidikan
a. Ilmu
pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri
b. Mempunyai
objek sendiri
c. Pemikiran
ilmiah tentang objek itu (fenomena insane atau gejala insane yang disebut)
tersusun secara kritis, metodis, sistematis,
d. Ilmu
pendidikan merupakan ilmu terapan (praktis) serta mempunyai dua segi yaitu segi
teoritis dan praktis
e. Ilmu
pendidikan bersifat normative
Sehinnga dari unsure diatas kita dapat
memahami pula sifat-sifat ilmu pendidikan itu sebagai ilmu pengetahuan empiris,
rohani, teoritis-sistematis, deskriptif, normative-preskriptif, historis dan praktis.
Peranan Ilmu Pendidikan
1.
Peranan
spesialisasi
2.
Peranan
profesionalisasi
3.
Peranan
personalisasi
4.
Peranan sosial (
Sudirman ,1992 : 6)
Unsur-unsur atau faktor pendidikan
a.
Adanya tujuan yang
hendak dicapai
b.
Adanya subjek
manusia (pendidik dan anak didik)yang melakukan pendidikan
c.
Yang bersama dalam
lingkungan hidup tertentu
d.
Yang menggunakan
alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan (Wens Tanlain, 1989 : 19)
Pembagian
Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan
merupakan ilmu pengetahuan
terapan (praktis)
mengenai perbuatan manusia mendidik dan
dididik dan mempunyai dua segi : teoretis dan praktis. Oleh karena itu
dibedakan menjadi Ilmu pendidikan teoritis dan Ilmu
pendidikan praktis.
Ilmu Pendidikan Teoretis tertuju pada penyusunan
persoalan dan pengetahuan sekitar pendidikan secara ilmiah, bergerak dari
praktek ke penyusunan teori dan penyusunan system pendidikan ; dalam hal ini
latar belakang filsafat pun termasuk dalam pendidikan teoritis.
Ilmu Pendidikan Praktis tertuju pada cara-cara
bentindak (mendidik), bergerak dalam
situasi pendidikan tertuju pada
pelaksanaan realisasi cita-cita(ideal) yang telah tersusun dalam Ilmu
Pendidikan Teoritis
Hubungan
Ilmu Pendidikan Teoritis dan Ilmu Pendidikan Praktis
Pendidikan itu bersifat membangun, membangun manusia
ketaraf yang lebih tinggi. Cara memdidik harus dipertanggungjawabkan. Dan
karena itu, harus ada pemahaman, pengertian (ada teorisasi) tentang pendidikan
yang berguna pula bagi semua manusia (universalisasi). Teori berguna untuk
menambah pemahaman, pengertian tentang pendidikan, sekaligus mengoreksi
perbuatan mendidik dan juga diri pendidik sendiri. Jadi, teori dipakai untuk
menuntun praktek. Sebaliknya praktik pendidikan menghasilkan pemahaman baru dan
digunakan untuk mengoreksi, memperbaiki, menyempurnakan teori.
Ilmu pendidikan teoritis menuntun lahirnya
system-sistem pendidikan. Sistem-sistem pendidikan dikembangkan oleh ahli Ilmu
Pendidikan seperti John Lock, herbart, John Dewey dan lain-lainnya. Dan
Pengalaman praktek system-sistem pendidikan ini digunakan juga untuk
menyempurnakan ilmu pendidikan Teoritis.( Wens Tanlain, 1989 : 8-9)
Lingkungan
Pendidikan
Pengertian
Lingkungan pendidikan
Manusia
dewasa (pendidik) dan manusia belum dewasa (anak-anak) bersama-sama hidup dalam
suatu kesatuan hidup tertentu didalam suatu alam lingkungan sekitar. Lingkungan
sekitar mencakup (a) tempat (lingkungan fisik) : keadaan iklim, keadaan tanah,
keadaan alam; (b) kebudayaan (lingkungan budaya) : dengan warisan budaya
tertentu : bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan;
(c) kelompok hidup bersama ( lingkungan social/ masyarakat) : keluarga,
kelompok bermain, desa, perkumpulan. Lingkungan sekitar mempengaruhi
perkembangan anak. Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai
alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan,
buku-buku, alat peraga, dan lain-lain) dinamakan lingkungan pendidikan.
Penggolongan
Lingkungan Pendidikan menurut Ki
Hajar Dewantara
Lingkungan Masyarakat : Lingkungan Pendidikan
Jika dilihat dari segi anak didik Nampak bahwa anak
didik secara tetap hidup didalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia
mengalami pendidikan. Lingkungan pendidikan itu menurut Ki Hajar Dewantara (Tri
Pusat pendidikan) ialah (a) Lingkungan keluarga (b) lingkungan sekolah (c)
lingkungan organisasi muda.
A.
Lingkungan keluarga
Keluarga
merupakan lembaga social resmi. Anggota keluarga adalah ayah, ibu, dan anak
anak. Ikatan keluarga adalah cinta kasih suami isteri yang melahirkan anak-
anak. Orangtua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi anak dan
mendidik anak agar anak tumbuh dan berkembang dengan baik. Keluarga merupakan
kesatuan hidup bersama yang pertama dikenal oleh anak dan karena itu disebut primary community.
B.
Lingkungan Sekolah
Sekolah
merupakan lembaga social formal yang didirikan berdasarkan UU Negara sebagai
tempat/ lingkungan pendidikan. Sekolahdi satu pihak mewakili Negara dan di
pihak lain mewakili orang tua / masyarakat setempat. Didalam kehidupan
bersekolah anak meneruskan pendidikan yang sudah diterimanya didalam keluarga,
dan berusaha mengembangkan dirinya sebagai warga Negara yang baik sesuai dengan
nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi pandangan hidup bangsa Negara.
Lingkungan
sekolah merupakan lingkungan pendidikan utama yang kedua. Siswa-siswi, guru,
administrator, konselor hidup bersama dan melaksanakan pendidikan secara
teratur dan berencana.
C.
Lingkungan organisasi
pemuda
Organisasi
pemuda, baik yang informal seperti kelompok bermain, kelompok sebaya, yang
dibentuk oleh anak-anak atau pemuda didalam lingkungan tempat tinggal mereka
dan atau pemuda didalam lingkungan tempat tinggal mereka dan dibimbing oleh
orang dewasa maupun yang formal diusahakan oleh pemerintah atau lembaga swasta
lain, member kesempatan anak-anak dan pemuda untuk mengembangkan kesadaran
social, kecakapan social dalam bergaul, keterampilan dan pengetahuan.
Di
dalam lingkungan organisasi pemuda, anak dan pemuda mengalami pendidikan juga.
Organisasi pemuda merupakan lingkungan pendidikan utama yang ketiga
Penggolongan
lingkungan pendidikan menurut pola pengelolaannya
A.
Pendidikan informal
Pendidikan
informal ialah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari
dengan sadar atau tidak sadar, sejak seseorang lahir sampai mati didalam
keluarga, dalam pekerjaan atau pergaulan sehari-hari. Proses pendidikan ini
berlangsung seumur hidup dan secara paling wajar.
Ciri-ciri proses pendidikan informal.
·
Tidak diselenggarakan
secara khusus
·
Medan (lingkungan)
pendidikannya tidak diadakan dengan maksud khusus menyelenggarakan pendidikan
·
Tidak diprogramkan
secara tertentu
·
Tidak ada waktu belajar
tertentu
·
Metodenya tidak formal
·
Tidak ada evaluasi yang
sistematis
·
Tidak diselenggarakan
oleh pemerintah
B.
Pendidikan Formal
Pendidikan formal yang kita kenal dengan pendidikan
sekolah ialah pendidikan yang diperoleh seseorang disekolah secara teratur,
sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat
(mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi). Pendidikan di sekolah
merupakan proses yang strategis bagi pemerintah dan masyarakat untuk membina
warga Negara yang Negara yang baik, masa depan kaum muda dan bangsa Negara.
Ciri-ciri proses pendidikan formal
:
·
Diselenggarakan secara
khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hierarkis
·
Usia siswa (anak didik)
disuatu jenjang relative homogeny.
·
Waktu pendidikan
relative lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan
·
Isi pendidikan (materi)
lebih banyak yang bersifat akademis dan umum
·
Mutu pendidikan sangat
ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan dimasa yang akan dating
C.
Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal sering disebut pula pendidikan
luar sekolah ialah pendidikan yang diperoleh seseorang secara teratur, terarah,
disengaja, tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat. Pendidikan
norformal bersifat fungsional dan praktis yang bertujuan meningkatkan kemampuan
dan keterampilan kerja peserta didik yang berguna bagi usaha perbaikan taraf
hidup mereka.
Ciri-ciri
proses pendidikan nonformal
·
Diselenggarakan dengan
sengaja diluar sekolah
·
Peserta umumnya mereka
yang sudah tidak bersekolah
·
Tidak mengenal jenjang
dan program pendidikan jangka waktu pendek
·
Peserta tidak perlu
homogeny
·
Ada waktu belajar dan
metode formal, serta evaluasi yang sistematis
·
Isi pendidikan bersifat
praktis dan khusus
·
Keterampilan kerja
sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan meningkatkan taraf hidup
Sumbangan
khas keluarga sebagai lembaga pendidikan
Dari segi pendidikan, keluarga merupan satu kesatuan
hidup (sisitem social) dan keluarga menyediakan situasi belajar.
A.
Satu kesatuan hidup
bersama (system social). Keluarga terdiri dari ayah-ibu dan anak. Ikatan
kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih,
hubungan antar pribadi, kerja sama, disiplin, tingkah laku, serta pengakuan
akan kewibawaan.
B.
Keluarga menyediakan
situasi belajar.
Sumbangan
keluarga bagi pendidikan anak :
a.
Cara orang tua melatih
anak untuk menguasai cara-cara mengurus diri seperti cara makan, buang air,
berbicara, berjalan, berdoa, sungguh-sungguh berbekas pada anak untuk menguasai
cara-cara mengurus diri seperti cara makan, buang air, berbicara, berjalan, berdoa,
sungguh-sungguh membekas dalam diri anak karena berkaitan erat dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi
b.
Sikap orang tua sangat
mempengaruhi perkambangan anak. Sikap menerima atau menolak, sikap kasih saying
atau acuh tak acuh, sikap sabar atau tergesa-gesa, sikap melindungi atau
membiarkan secara langsung mempengaruhi reaksi emosional anak.
Sumbangan
khas sekolah sebagai lembaga pendidikan
a.
Sekolah melaksanakan
tugas mendidikan maupun mengajar anak serta memperbaiki, memperhalus tingkah
laku anak didik yang dibawa dari keluarga
b.
Sekolah mendidik maupun
mengajar anak didik menjadi pribadi dewasa susila sekaligus warga Negara dewasa
susila
c.
Sekolah mendidik maupun
mengajar anak didik menerima memiliki warisan kebudah bangsa
d.
Sekolah lewat bidang
pengajar membantu anak didik mengembangkan kemampuan intelektual dan
keterampilan kerja sehingga anak didik memiliki keahlian untuk bekerja dan ikut
membangun bangsa
Sumbangan
khas organisasi pemuda sebagai lembaga pendidikan
a.
Kegiatan dilakukan
untuk mengembangkan kesadaran social dan tanggung jawab social serta kemampuan
bekerja sama
b.
Kegiatan dilakukan
untuk mengembangkan kreatifitas anggota
c.
Kegiatan dilakukan
untuk mengembangkan kecakapan, keterampilan yang berguna bagi masyarakat
d.
Kegiatan dilakukan
untuk mengembangkan sikap positif terhadap nilai-nilai hidup tertentu misalnya
kesehatan jasmani, kerohanian, kesusilaan, keadilan, keindahan.( Wens
Tanlain, 1989: 39-47 )
Mendidik
a.
Mendidik ialah
memimpin anak.
Mendidik merupakan pengertian yang sangat umum yang meliputi semua tindakan
mengenai gejala-gejala pendidikan. Dimana mendidik berdasarkan hasil-hasil
penyelidikan (teori) dan berdasarkan pengalaman-pengalaman (praktik) lebih
banyak dan baik hasilnya dari pada hanya berdasarkan pengalaman dan intuisi belaka.
b.
Beberapa ahli
mengumpamakan pekerjan mendidik itu sama halnya dengan pekerjaan tukang kebung
yang memelihara tanamannya. dimana seorang pendidik terhadap anak didiknya. Ia
berusaha membimbing atau memimpin pertumbuhan anak, jasmani maupun rohaninya.
Namun menurut sebagian para ahli , pertumbuhan seorang anak tidak dapat
disamakan dengan pertumbuhan sebatang tanaman. Pekerjaan kita akan sama benar
dengan tukang kebun yang menurut L. Gurlitt akan terbatas pada “ membiarkan
tumbuh, memelihara, menjaga, dan menolong” makhluk muda itu. Seorang tukang kebun yang menyebarkan
atau menanam biji tidak akan khawatir bahwa tanaman yang satu akan agresif dan
yang lain akan baik hati, yang ini akan lengah dan penurut sedangkan yang itu
akan sungguh-sungguh patuh, dan sebagainya. Jadi, teranglah bahwa perkembangan
manusia tidak dapat disamakan begitu saja dengan perkembangan biologis melulu
seperti tumbuh-tumbuhan (Ngalim Purwanto, 2000 : 3-5)
Perbedaan antara pergaulan pedagogis dan pergaulan biasa.
Pergaulan pedagogis itu bersifat :
a.
Dalam pergaulan ini
ada pengaruh yang sedang dilaksanakan
b.
Ada maksud bahwa
pengaruh ini dilaksanakan oleh orang dewasa (dalam berbagai bentuk, misalnya
berupa sekolah, buku pelajaran dan sebagainya) kepada orang yang belum dewasa.
c.
Pengaruh itu
diberikan atau dilaksanakan dengan sadar atau ditujukan pada tujuan yang berupa
nilai-nilai atau norma-norma yang baik
Dalam pergaulannya dengan anak-anak, orang dewasa menyadari bahwa
tindakannya yang dilakukan terhadap anak itu mengandung maksud ada tujuan untuk
menolong anak yang masih perlu ditolong untuk membentuk dirinya sendiri.
Pergulan biasa sekonyong konyong dpat berubah menjadi pergaulan pedagogis,
seperti misalnya pendidik terpaksda memperlihatkan suatu sikap sengaja (memarahi,
memperingatkan san sebagainya) karena anak berbuat sesuatu yang terlarang atau
tak pantas.
Perbedaan antara Dewasa dan anak-anak
Anak-anak
·
Mencari bentuk
·
Tak mempunyai
ketetapan
·
Tak ada kemerdekaan
·
Kelihatan mudah
berubah
·
Lemah
·
Memerlukn bantuan
·
Sangat mudah
terpengaruh (belum mempunyai keyakinan yang tetap)
Dewasa
·
Menampakkan diri
sebagai bentuk
·
Beranggapan
mempunyai ketetapan
·
Merdek
·
Tetap, stabil
·
Kuat
·
Membantu
·
Tahu mengambil dan
menentukan jalan (tidak bergantung kepada orang lain)
Dua teori yang bertentangan tentang pendidikan
a.
Teori Tabularasa
(John Lock dan Francis bacon)
Teori mengatakan bahwa anak yang baru lahir itu dapat
diumpamakan sebagai kertas putih bersih yang belum ditulisi ( a sheet of white
paper avoid of all characters). Jadi sejak lahir anak itu tidak mempunyai bakat
dan pembawaan apa-apa. Anak dapat dibentuk sekehedk pendidiknya. Pendidikan
atau lingkungan berkuasa atas pembentukn anak. Pendapat John Locke disebut juga
dapat disebut empirisme.
b.
Teori Nativisme
(Schopenhauer)
Lawan dari empirisme ialah nativisme Nativus (latin ) berarti karena
kelahiran. Aliran nativisme berpendapat bahwa tiap-tiap anak sejak dilahirkan
sudah mempunyai berbagai pembawaan yang akan berkembang sendiri menurut arah
masing-masing.
Aliran pendidikan yang menganut paham nativisme ini disebut aliran positivisme. Sedangkan yang menganut empirisme dan teori tabularasa
disebut aliran optimisme
Kedua teori tersebut ternyata berat sebelah. Kedua-duanya
ada benarnya dan tidak benarnya. Maka dari itu untuk mengambil kebenaran dari
keduanya, W, Stern, ahli ilmu jiwa jerman telah memadukan kedua teori tersebut
yang disebut dengan teori konvergensi
Menurut teori konvergensi hasil pendidikan anak-anak itu
ditentukan 2 faktor : pembawaan dan lingkungan (Ngalim Purwanto, 2000 : 12-16)
Alat Pendidikan
Pengertian
Alat Pendidikan
Alat
pendidikan menurut Langeveld ialah suatu perbuatan atau situasi yang dengan
sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Contoh
:
Jika
seorang ayah mencat dinding rumahnya menjadi putih-bersih demi kenyamanan
kehidupan keluarganya maka ia menyediakan lingkungan pendidikan (keluarga).
Jika ayah tadi menggunakannya pula untuk menasehati anaknya agar membiasakan
diri menjaga kebersihan maka ia menyediakan alat pendidikan (member nasihat
merupakan alat pendidikan dan dinding tembok putih-bersih merupakan alat bantu
pendidikan).
Macam Alat Pendidikan
Pembagian
macam alat pendidikan dapat ditinjau dari segi wujudnya yaitu berupa :
a.
Perbuatan pendidik
mencakup, teladan, perintah, perintah, pujian, teguran, ancaman, hukuman
b.
Benda-benda sebagai
alat bantu mencakup alat bantu mencakup
meja-kursi belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis, buku, pena dan
lainnya
Alat
Pendidikan yang baik
Sebuah alat pendidikan yang akan digunakan,
dikatakan baik berdasarkan pertimbangan berikut :
a.
Alat tersebut sesuai
atau cocok dalam pencapaian tujuan pendidikan tertentu.
b.
Pendidik memahami
peranan alat tersebut dan cakap menggunakannya.
c.
Anak didik mampu menerima
penggunaan alat pendidikan itu sesuai dengan keadaan dirinya (jenis kelamin,
bakat, sifat, usia, kemampuan)
d.
Alat pendidikan itu
dapat membawa hasil yang diharapkan
Penggunaan
Alat Pendidikan
A.
Teladan
Teladan ialah tindakan pendidik yang disengaja untuk
ditiru oleh anak didik. Teladan merupan alat pendidikan yang utama sebab
terikat erat dalam pergaulan dan berlangsung secara wajar. Meskipun demikian,
pendidikan perlu memberitakan kepada anak didik tingkah laku mana yang harus
ditiru dan mana yang tidak. Teladan bermaksud membiasakan anak.
Contoh :
Guru berpakai
bersih agar ditiru anak didik.
Ada bahaya bahwa anak didik meniru
tingkah laku guru yang belum pantas bagi anal-anak. Misalnya, siswa SD mulai
merokok. Guru harus secara bijaksana menjelaskan alasannya mengapa anak didik
harus meniru atau tidak harus harus meniru agar anak didik tidak merasa dipaksa
B.
Perintah
Perintah
ialah tindakan pendidik menyeluruh anak didik melakukan anak didik melakukan
sesuatu yang diharapan untuk mencapai tujuan tertentu. Perintah ini lahir dari
pemahaman pendidik terhadap keadaan anak didik
dan niat untuk membantu anak didik. Perintah merupakan kelanjutan dari
teladan yang tidak atau belum dituruti oleh anak didik
Contoh
:
Guru
selalu membuang sampah ke dalam bak sampah. Ternyata masih ada kertas yang berserakan di
langit.Siswa A hendak membuat kertas lewat jelas. Guru menyuruh siswa A maju
kedepan dan membuang kertas tadi ke dalam bak sampah.
Usahakan agar anak didik menerima
perintah secara positif bukan karena merasa dipaksa melainkan karena alas an
rasional
C.
Larangan
Larangan
ialah tindakan pendidikan menyuruh anak didik tidak melakukan atau menghindari
tingkah laku tertentu demi tercapainya tujuan pendidikan tertentu. Larangan ini
mungkin merupakan kelanjutan dari tingkah laku orang dewasa yang ditiru oleh
anak didik. Usahakan agar alasan
larangan diketahui dan diterima oleh anak didik.
Contoh :
Guru melarang siswa merokok. Larangan diberikan karena
tingkah laku itu tidak atau belum pantas dan juga merugikan anak .
D.
Pujian dan hadiah
Pujian dan hadiah adalah tindakan pendidik yang berfungsi
memperkuat penguasaan tujuan pendidikan tertentu yang telah dicapai oleh anak
didik. Tindakan ini merupakan pengkuan setuju terhadap yang telah dilakukan dan
dicaai oleh anak didik. Pujian dan hadiah harus diberikan pada saat yang tepat
yaitu segera sesudah anak didik berhasil(jangan ditunda). Jangan diberikan
sebagai janji karena akan dijadikan sebagai tujuan kegiatan (hal ini merupakan
penyimpangan).
E.
Teguran
Teguran merupakan tindakan pendidik untuk mengoreksi
pencapaian tujuan pendidikan oleh anak didik. Biasanya teguran digunakan
apabila anak didik tidak atau kurang bertingkah laku sesuai dengan perintah
atau larangan. Teguran perlu disertai dengan usaha menyadarkan anak didik akan
ketidaktepatan tingkah lakunya dan akibatnya agar menerima teguran itu dengan
rela hati.
F. Ancaman
Ancaman ialah tindakan pendidik mengoreksi secara keras
tingkah laku anak didik yang tidak diharapkan dan disertai perjanjian jika
terulang lagi akan diberi hukuman. Ancaman merupakan kelanjutan dari teguran.
Ancaman lazimnya menimbulkan ketakutan, dan menimbulkan kemungkinan anak didik
menerima karena mengerti atau anak didik menerima karena takut atau anak didik
menolak karena tidak mau dipaksa. Usahakan agar ancaman digunakan pada saat
yang tepat, misalnya pelanggaran berulang kali dan cukup berat dan jangan
membiasakan diri untuk selalu menggunakan alat ini.
G. Hukuman
Hukuman merupakan alat pendidikan istimewa sebab membuat
anak didik menderita. Hukuman ialah tindakan pendidik terhadap anak didik
karena melakukan kesalahan dan dilakukan agar anak didik tidak lagi
melakukannya. Berat ringannya hukuman bergantung pada tujuan yang hendak
dicapai dan keadaan anak didik. Bentuk hukuman berupa hukuman badan, hukuman
perasaan (diejek, dipemalukan, dimaki), hukuman intelektual. Sebaiknya jangan
menggunakan hukuman badan dan hukuman perasaan karena dapat mengganggu hubungan
kasih sayang antara pendidik dan anak didik. Biasakan diri dengan menggunakan
hukuman intelektual artinya anak didik diberi kegiatan tertentu sebagai hukuman
berdasarkan alasan bahwa kegiatan itu akan langsung membawanya ke perbaikan
proses catatan hasil belajarnya.
Contoh :
Mahasiswa tidak melakukan tugas rumah berulang kali. Ia
perlu mendapat hukuman yang bertujuan agar ia rajin belajar dan memperoleh
kemampun akademik.
Ada berbagai dasar pandangan
mengenai pemberian hukuman ;
·
Anak didik
memperbaiki perbuatannya
·
Anak didik
mengganti kerugian akibat perbuatannya
·
Masyarakat atau
orang lain dilindungi sehingga tidak meniru perbuatan yang salah
·
Anak didik takut
mengulangi perbuatan yang salah
·
Anak didik belajar
dari pengalaman (hukuman alam). Misalnya anak naik pohon dan jatuh. Ia merasa
sakit .ya, itulah hukumannya.
Semua jenis alat pendidikan tersebut harus digunakan demi
kepentingan anak didik yaitu perkembangannya menuju pribadi dewasa susila.
Pendidik menggunakan alat pendidikan dengan dasar kasih sayang terhadap anak
didik bukan atas dasar dendam dan sakit hati (
Wens Tanlain, 1989 : 51-58 )
Anak Didik
Anak
didik ialah manusia dalam perjalanan ke kemanusiaannya. (Drikarya, 1980 : 79).
Anak didik dalam arti umum adalah setipa orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Anak
didik dalam arti sempit ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan
kepada tanggung jawab pendidik.
Karakteristik Anak Didik
Anak didik memiliki karakteristik tertentu
1.
Belum memiliki
pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik
2.
Masih
menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya sehingga masih menjadi
tanggung jawab pendidik
3.
Sebagai manusia
memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu : seperti
emosi, kemampuan berbicara, intelegensi dan lain-lain.
Tanggung jawab dan ketergantungan anak didik
Hal
ini erat kaitannya dengan (a) kemerdekaan memilih dan berbuat sesuai dengan
norma, nilai keanusiaan, (b) tanggung jawab dan kewibawaan pendidik. Anak
bertanggung jawab atas hidupnya namun karena keterbatasannya tanggung jawab ini
dibebankan kepada pendidik (pendidik mewakili kata hati anak didik ). Anak
didik yang menerima tanggung jawab dan kewibawaan pendidik menyerahkan ketergantungannya
kepada pendidik ( Wens Tanlain, 1989 : 33- 34)
Tahapan perkembangan anak didik
a.
Tahap taman
kanak-kanak (3-6 tahun)
Perubahan berupa kemajuan
yang dialami anak didik antara lain
·
Berbahasa lisan,
pandai bercerita
·
Mengenal pola
kehidupan sosial, ikut dalam kegiatan keluarga, tetangga, teman bermain
·
Mengerti dan
menguasai keterampilan untuk melayani kebutuhan sehari-hari
·
Mulai mengenal
dirinya dan kehendaknya secara keinginannya sendiri sehingga kelihatannya
melawan orang dewasa (Protes Periode I)
·
Mulai berkhayal dan
belum dapat membedakan secar tegas kenyataan dan khayalan
·
Sering berdusta
tetapi bukan untuk menipu
b.
Tahap Sekolah
Menengah (6-12 tahun)
Perubahan berupa kemajuan yang dialami anak didik antara
lain
·
Senang menggunakan
bahasa sebagai ekspresi seni dan tertrik pada buku cerita
·
Selalu sibuk dalam
usaha meningkatkan pengetahuannya
·
Senang
menggumpulkan benda-benda
·
Senang berkelompok
dengn teman sebaya
·
Pada akhir masa ini
anak sudah memahami jenis kelamin masing-masing dan peranannya karena itu
berusaha menarik perhatian lawan jenis
·
Kemampuan berpikir
dan melihat hubungan sebab akibat
c.
Tahap Sekolah
Menengah
Perubahan berupa kemajuan yang dialami anak didik antara
lain
·
Perkembangan
intelek terarah kebidang yang menarik minat dan sesuai dengan kemampuan
sehingga mulai memilih
·
Mengenali diri dan lingkungan
dengan lebih baik dalam rangka mengadakan penyesuaian
·
Sering melawan
orang dewasa (protes periode II) karena yakin bahwa ia mampu menentukan dan
melaksanakan sendiri keputusannya
d.
Tahap Dewasa (20
tahun keatas)
Pada umumnya pada tahap ini anak didik sudah dapat bertanggung jawab
sendiri atas hidupnya( pribadi dewasa susila). Perubahan berupa kemajuan yang
dialami antara lain :
·
Mampu memasuki
bidang pekerjaan tertentu
·
Memiliki keahian
dibidang tertentu
·
Memiliki kematangan
sikap dan reaksi perasaan
·
Mampu berkomunikasi
dengan orang lain
· Memiliki pandangan hidup yang jelas yang digunakan untuk
pedoman hidup ( Wens Tanlain, 1989 : 70-73)
Pendidik
Secara umum dikatakan bahwa setiap orang dewasa dalam
masyarakat dapat menjadi pendidik sebab pendidikan merupakan suatu perbuatan
sosial, perbuatan fundmental yang menyangkut keutuhan perkembangan pribadi anak
didik menuju pribadi dewasa susila.
Karakteristik pendidik
1.
Kematangan diri
yang stabil : memahami diri, mencintai diri secara wajar dan memiliki nilai-nilai
kemanusiaan serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai itu sehingga ia
bertanggung jawab sendiri atas hidupnya
2.
Kematangan sosial
yang stabil : mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masyrakatnya, dan
kecakapan membina kerja sama dengan orang lain (nomor 1 dan 2 biasanya
dinyatakan dengan pribadi dewasa, susila, sosial)
3.
Kematangan
profesional (kemampuan mendidik) : menaruh perhatian dan sikap cinta terhadap
anak didik, mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik
dan perkembangannya memiliki kecakapan dalam menggunakan cara-cara mendidik.
Tanggung jawab pendidik
Pendidik
yang bertanggung jawab memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
·
Menerima dan
mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan
·
Mau memikul tugas
mendidik secara bebas, berani, gembira (tugas bukan menjadi beban)
·
Sadar akan
nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat yang timbul
·
Menghargai orang
lain termasuk anak didik
·
Bijaksana dan
hati-hati
·
Taqwa kepada Tuhan
Syarat-syarat menjadi pendidik yang baik
Hal ini terdapat dalam
Undang-Undang no 12 tahun 1954, yaitu :
a.
Berijazah
b.
Sehat jasmani dan
rohani
c.
Takwa kepada Tuhan
dan berkelakuan baik
d.
Bertanggung jawab
e.
Berjiwa nasional(Ngalim
Purwanto, 2000 :139)
Kewibawaan Pendidik
Kewibawaan pendidik nampak
dlam komunikasi pendidikan dan berfungsi memperlancar komunikasi itu. Jadi,
kewibawaan pendidik muncu bersama dengan tanggung jawab pendidik. Kewibawaan
pendidik lahir dari pengakuan, penerimaan, kepercayaan dan kepatuhan anak didik
terhadap pendidik bukan karena paksaan, peraturan, atau ketakutan melainkan
karena kepercayaan.
(Wens Tanlain,1989 : 39-32)
Tujuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan adalah suatu gambaran dari falsafah atau pandangan hidup manusia,
baik secara perorangan maupun secara kelompok.
Tujuan
pendidikan negara harus memiliki tiga nilai yaitu
Pertama, otonomi yang berarti memberikan kesadaran, pengetahuan,
dan kemampuan kepada individu maupun kelompok untuk dapat hidup mandiri dan
hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik.
Kedua, equity (keadilam) yang berarti bahwa tujuan pendidikan
tersebut harus mmberi kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk dapat
berpartisifasi salam kehidupan ekonomi, dan berbudaya dengan memberinya
pendidikan dasar yang sama.
Ketiga, survival yang berarti bahwa dengan pendidikan akan
menjamin pewarisan kebudayaan dri satu generasi kepada generasi berikutnya (Burhanuddin
Salam, 1997:11 - 12)
Dasar dan tujuan pendidikan formal
Nilai-nilai Pancasila menjadi dasar pendidikan nasional dan sekaligus
menjadi tujuan pendidikan nasional
Secara singkat dikatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah membangun
manusia-manusia pancasila yang memiliki ciri-ciri :
·
Bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa
·
Cerdas, terampil,
berbudi pekerti
·
Mempunyai semangat
kebangsaan
·
Dapat membangun
diri sendiri
·
Bersama orang lain
membangun bangsa
Hierarki Tujuan-tujuan pendidikan
a.
Tujuan umum/ akhir/
lengkap/ yaitu anak menjadi pribadi dewasa susila
b.
Pengkhususan tujuan
umum sesuai dengan lingkungan pendidikan
c.
Tujuan insidental
yang bersifat sesaat
d.
Tujuan sementara
yang dicapai anak pada tiap fase perkembangan
e.
Tujuan tak lengkap
f.
Tujuan intermedier
(Wens Tanlain, 1989 : 21-24)
Daftar Pustaka :
Purwanto, Ngalim. 2000. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Salam, Burhanudin. 1997. Pengantar Pedagogik. Jakarta : Rineka Cipta
Sudirman.
1992. Ilmu Pendidikan. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Tanrain,Wens.
1989. Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta
: PT Gramedia
No comments:
Post a Comment