Total Pageviews

Wednesday, 2 January 2013

Resuman Ilmu Pendidikan


Ilmu Pendidikan
Pengertian
Istilah paedagogiek (ilmu pendidikan) berasal dari bahasa Yunani pedagogues  dan dalam bahasa latin paedagogus yang berarti pemuda yang bertugas mengantar anak kesekolah serta menjaga anak itu agar bertingkah laku susila dan disiplin, jika perlu anak dipukul apabila ia nakal. Istilah itu kemudian digunakan untuk pendidik (pedagog) dan perbuatan mendidik (pedagogi) serta ilmu pendidikan (paedagogiek). Ilmu pendidikan dalam bahasa inggris adalah pedagogy yang artinya sama dengan the study of educational goals and proceses.

Beberapa batasan ilmu pendidikan
a.       Menurut Prof. Dr. M.J. Langeveld
“ Paedagogiek atau ilmu mendidik ialah suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak”
Menurutnya objek ilmu pendidikan adalah proses-proses atau situasi pendidikan
b.      Menurut Prof. Brodjonegoro dan Drs. Soetedjo
“Ilmu pendidikan atau paedagogiek adalah teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti yang luas Paedagogiek adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan”
c.       Menurut Dr. Sutaro Imam Barnadib
“ Ilmu pendidikan mempelajari suasanan dan proses-proses pendidikan”
d.      Menurut Prof. Dr. N. Driyarkara
“Ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah tentang realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik dan dididik). Pemikiran ilmiah bersifat kritis, metodis, dan sistematis.”
Driyarkarya menjelaskan sifat kritis, metodis dan sistematis sebagai berikut :
Kritis berarti semua pernyataan, semua afirmasi harus mempunyai dasar yang cukup kuat. Orang yang bersikap kritis ingin mengerti betul-betul (tidak hanya membeo), ingin menyelami sesuatu dengan seluk-beluknya dan dasar-dasarnya.
Metodis berarti bahwa dalam proses berpikir dan menyelidiki itu orang menggunakan suatu cara tertentu.
Sistematis berarti bahwa pemikir ilmiah dalam prosesnya itu dijiwai oleh suatu idea yang menyeluruh dan menyatukan sehingga pikiran-pikirannya dan pendapat-pendapatnya tidak tanpa hubungan melainkan merupakan kesatuan.
Adapun Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.
Atau lebih jelas lagi :
Pendidikan ialah pimpinan yng diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat.
Unsur-Unsur Dasar Ilmu Pendidikan
a.     Ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri
b.    Mempunyai objek sendiri
c.    Pemikiran ilmiah tentang objek itu (fenomena insane atau gejala insane yang disebut) tersusun secara kritis, metodis, sistematis,
d.   Ilmu pendidikan merupakan ilmu terapan (praktis) serta mempunyai dua segi yaitu segi teoritis dan praktis
e.     Ilmu pendidikan bersifat normative
Sehinnga dari unsure diatas kita dapat memahami pula sifat-sifat ilmu pendidikan itu sebagai ilmu pengetahuan empiris, rohani, teoritis-sistematis, deskriptif, normative-preskriptif, historis dan praktis.
Peranan Ilmu Pendidikan
1.    Peranan spesialisasi
2.    Peranan profesionalisasi
3.    Peranan personalisasi
4.    Peranan sosial ( Sudirman ,1992 : 6)
Unsur-unsur atau faktor pendidikan
a.    Adanya tujuan yang hendak dicapai
b.    Adanya subjek manusia (pendidik dan anak didik)yang melakukan pendidikan
c.    Yang bersama dalam lingkungan hidup tertentu
d.   Yang menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan (Wens Tanlain, 1989 : 19)
Pembagian Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan merupakan ilmu pengetahuan terapan (praktis) mengenai perbuatan manusia mendidik dan dididik dan mempunyai dua segi : teoretis dan praktis. Oleh karena itu dibedakan menjadi  Ilmu pendidikan teoritis dan Ilmu pendidikan praktis.
Ilmu Pendidikan Teoretis tertuju pada penyusunan persoalan dan pengetahuan sekitar pendidikan secara ilmiah, bergerak dari praktek ke penyusunan teori dan penyusunan system pendidikan ; dalam hal ini latar belakang filsafat pun termasuk dalam pendidikan teoritis.
Ilmu Pendidikan Praktis tertuju pada cara-cara bentindak (mendidik), bergerak dalam situasi pendidikan tertuju pada pelaksanaan realisasi cita-cita(ideal) yang telah tersusun dalam Ilmu Pendidikan Teoritis
Hubungan Ilmu Pendidikan Teoritis dan Ilmu Pendidikan Praktis
Pendidikan itu bersifat membangun, membangun manusia ketaraf yang lebih tinggi. Cara memdidik harus dipertanggungjawabkan. Dan karena itu, harus ada pemahaman, pengertian (ada teorisasi) tentang pendidikan yang berguna pula bagi semua manusia (universalisasi). Teori berguna untuk menambah pemahaman, pengertian tentang pendidikan, sekaligus mengoreksi perbuatan mendidik dan juga diri pendidik sendiri. Jadi, teori dipakai untuk menuntun praktek. Sebaliknya praktik pendidikan menghasilkan pemahaman baru dan digunakan untuk mengoreksi, memperbaiki, menyempurnakan teori.
Ilmu pendidikan teoritis menuntun lahirnya system-sistem pendidikan. Sistem-sistem pendidikan dikembangkan oleh ahli Ilmu Pendidikan seperti John Lock, herbart, John Dewey dan lain-lainnya. Dan Pengalaman praktek system-sistem pendidikan ini digunakan juga untuk menyempurnakan ilmu pendidikan Teoritis.(  Wens Tanlain, 1989 : 8-9)

Lingkungan Pendidikan
Pengertian Lingkungan pendidikan
     Manusia dewasa (pendidik) dan manusia belum dewasa (anak-anak) bersama-sama hidup dalam suatu kesatuan hidup tertentu didalam suatu alam lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar mencakup (a) tempat (lingkungan fisik) : keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam; (b) kebudayaan (lingkungan budaya) : dengan warisan budaya tertentu : bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan; (c) kelompok hidup bersama ( lingkungan social/ masyarakat) : keluarga, kelompok bermain, desa, perkumpulan. Lingkungan sekitar mempengaruhi perkembangan anak. Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dan lain-lain) dinamakan lingkungan pendidikan.
Penggolongan Lingkungan Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
Lingkungan Masyarakat : Lingkungan Pendidikan
Jika dilihat dari segi anak didik Nampak bahwa anak didik secara tetap hidup didalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Lingkungan pendidikan itu menurut Ki Hajar Dewantara (Tri Pusat pendidikan) ialah (a) Lingkungan keluarga (b) lingkungan sekolah (c) lingkungan organisasi muda.
A.                Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lembaga social resmi. Anggota keluarga adalah ayah, ibu, dan anak anak. Ikatan keluarga adalah cinta kasih suami isteri yang melahirkan anak- anak. Orangtua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi anak dan mendidik anak agar anak tumbuh dan berkembang dengan baik. Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang pertama dikenal oleh anak dan karena itu disebut primary community.
B.                 Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga social formal yang didirikan berdasarkan UU Negara sebagai tempat/ lingkungan pendidikan. Sekolahdi satu pihak mewakili Negara dan di pihak lain mewakili orang tua / masyarakat setempat. Didalam kehidupan bersekolah anak meneruskan pendidikan yang sudah diterimanya didalam keluarga, dan berusaha mengembangkan dirinya sebagai warga Negara yang baik sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi pandangan hidup bangsa Negara.
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan utama yang kedua. Siswa-siswi, guru, administrator, konselor hidup bersama dan melaksanakan pendidikan secara teratur dan berencana.
C.                 Lingkungan organisasi pemuda
Organisasi pemuda, baik yang informal seperti kelompok bermain, kelompok sebaya, yang dibentuk oleh anak-anak atau pemuda didalam lingkungan tempat tinggal mereka dan atau pemuda didalam lingkungan tempat tinggal mereka dan dibimbing oleh orang dewasa maupun yang formal diusahakan oleh pemerintah atau lembaga swasta lain, member kesempatan anak-anak dan pemuda untuk mengembangkan kesadaran social, kecakapan social dalam bergaul, keterampilan dan pengetahuan.
Di dalam lingkungan organisasi pemuda, anak dan pemuda mengalami pendidikan juga. Organisasi pemuda merupakan lingkungan pendidikan utama yang ketiga
Penggolongan lingkungan pendidikan menurut pola pengelolaannya
A.                Pendidikan informal
Pendidikan informal ialah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seseorang lahir sampai mati didalam keluarga, dalam pekerjaan atau pergaulan sehari-hari. Proses pendidikan ini berlangsung seumur hidup dan secara paling wajar.
Ciri-ciri proses pendidikan informal.
·                Tidak diselenggarakan secara khusus
·                Medan (lingkungan) pendidikannya tidak diadakan dengan maksud khusus menyelenggarakan pendidikan
·                Tidak diprogramkan secara tertentu
·                Tidak ada waktu belajar tertentu
·                Metodenya tidak formal
·                Tidak ada evaluasi yang sistematis
·                Tidak diselenggarakan oleh pemerintah

B.            Pendidikan Formal
Pendidikan formal yang kita kenal dengan pendidikan sekolah ialah pendidikan yang diperoleh seseorang disekolah secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat (mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi). Pendidikan di sekolah merupakan proses yang strategis bagi pemerintah dan masyarakat untuk membina warga Negara yang Negara yang baik, masa depan kaum muda dan bangsa Negara.
Ciri-ciri proses pendidikan formal :
·           Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hierarkis
·           Usia siswa (anak didik) disuatu jenjang relative homogeny.
·           Waktu pendidikan relative lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan
·           Isi pendidikan (materi) lebih banyak yang bersifat akademis dan umum
·           Mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan dimasa yang akan dating

C.                Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal sering disebut pula pendidikan luar sekolah ialah pendidikan yang diperoleh seseorang secara teratur, terarah, disengaja, tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat. Pendidikan norformal bersifat fungsional dan praktis yang bertujuan meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja peserta didik yang berguna bagi usaha perbaikan taraf hidup mereka.
Ciri-ciri proses pendidikan nonformal
·           Diselenggarakan dengan sengaja diluar sekolah
·           Peserta umumnya mereka yang sudah tidak bersekolah
·           Tidak mengenal jenjang dan program pendidikan jangka waktu pendek
·           Peserta tidak perlu homogeny
·           Ada waktu belajar dan metode formal, serta evaluasi yang sistematis
·           Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus
·           Keterampilan kerja sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan meningkatkan taraf hidup
Sumbangan khas keluarga sebagai lembaga pendidikan
Dari segi pendidikan, keluarga merupan satu kesatuan hidup (sisitem social) dan keluarga menyediakan situasi belajar.
A.      Satu kesatuan hidup bersama (system social). Keluarga terdiri dari ayah-ibu dan anak. Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih, hubungan antar pribadi, kerja sama, disiplin, tingkah laku, serta pengakuan akan kewibawaan.

B.       Keluarga menyediakan situasi belajar.
Sumbangan keluarga bagi pendidikan anak :
a.         Cara orang tua melatih anak untuk menguasai cara-cara mengurus diri seperti cara makan, buang air, berbicara, berjalan, berdoa, sungguh-sungguh berbekas pada anak untuk menguasai cara-cara mengurus diri seperti cara makan, buang air, berbicara, berjalan, berdoa, sungguh-sungguh membekas dalam diri anak karena berkaitan erat  dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi
b.        Sikap orang tua sangat mempengaruhi perkambangan anak. Sikap menerima atau menolak, sikap kasih saying atau acuh tak acuh, sikap sabar atau tergesa-gesa, sikap melindungi atau membiarkan secara langsung mempengaruhi reaksi emosional anak.

Sumbangan khas sekolah sebagai  lembaga pendidikan
a.         Sekolah melaksanakan tugas mendidikan maupun mengajar anak serta memperbaiki, memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarga
b.        Sekolah mendidik maupun mengajar anak didik menjadi pribadi dewasa susila sekaligus warga Negara dewasa susila
c.         Sekolah mendidik maupun mengajar anak didik menerima memiliki warisan kebudah bangsa
d.        Sekolah lewat bidang pengajar membantu anak didik mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan kerja sehingga anak didik memiliki keahlian untuk bekerja dan ikut membangun bangsa

Sumbangan khas organisasi pemuda sebagai lembaga pendidikan
a.         Kegiatan dilakukan untuk mengembangkan kesadaran social dan tanggung jawab social serta kemampuan bekerja sama
b.        Kegiatan dilakukan untuk mengembangkan kreatifitas anggota
c.         Kegiatan dilakukan untuk mengembangkan kecakapan, keterampilan yang berguna bagi masyarakat
d.        Kegiatan dilakukan untuk mengembangkan sikap positif terhadap nilai-nilai hidup tertentu misalnya kesehatan jasmani, kerohanian, kesusilaan, keadilan, keindahan.(  Wens Tanlain,  1989: 39-47 )

Mendidik
a.                   Mendidik ialah memimpin anak.
Mendidik merupakan pengertian yang sangat umum yang meliputi semua tindakan mengenai gejala-gejala pendidikan. Dimana mendidik berdasarkan hasil-hasil penyelidikan (teori) dan berdasarkan pengalaman-pengalaman (praktik) lebih banyak dan baik hasilnya dari pada hanya berdasarkan pengalaman dan intuisi belaka.
b.                  Beberapa ahli mengumpamakan pekerjan mendidik itu sama halnya dengan pekerjaan tukang kebung yang memelihara tanamannya. dimana seorang pendidik terhadap anak didiknya. Ia berusaha membimbing atau memimpin pertumbuhan anak, jasmani maupun rohaninya. Namun menurut sebagian para ahli , pertumbuhan seorang anak tidak dapat disamakan dengan pertumbuhan sebatang tanaman. Pekerjaan kita akan sama benar dengan tukang kebun yang menurut L. Gurlitt akan terbatas pada “ membiarkan tumbuh, memelihara, menjaga, dan menolong” makhluk muda  itu. Seorang tukang kebun yang menyebarkan atau menanam biji tidak akan khawatir bahwa tanaman yang satu akan agresif dan yang lain akan baik hati, yang ini akan lengah dan penurut sedangkan yang itu akan sungguh-sungguh patuh, dan sebagainya. Jadi, teranglah bahwa perkembangan manusia tidak dapat disamakan begitu saja dengan perkembangan biologis melulu seperti tumbuh-tumbuhan (Ngalim Purwanto, 2000 : 3-5)
Perbedaan antara pergaulan pedagogis dan pergaulan biasa.
Pergaulan pedagogis itu bersifat :
a.              Dalam pergaulan ini ada pengaruh yang sedang dilaksanakan
b.             Ada maksud bahwa pengaruh ini dilaksanakan oleh orang dewasa (dalam berbagai bentuk, misalnya berupa sekolah, buku pelajaran dan sebagainya) kepada orang yang belum dewasa.
c.              Pengaruh itu diberikan atau dilaksanakan dengan sadar atau ditujukan pada tujuan yang berupa nilai-nilai atau norma-norma yang baik

Dalam pergaulannya dengan anak-anak, orang dewasa menyadari bahwa tindakannya yang dilakukan terhadap anak itu mengandung maksud ada tujuan untuk menolong anak yang masih perlu ditolong untuk membentuk dirinya sendiri.
Pergulan biasa sekonyong konyong dpat berubah menjadi pergaulan pedagogis, seperti misalnya pendidik terpaksda memperlihatkan suatu sikap sengaja (memarahi, memperingatkan san sebagainya) karena anak berbuat sesuatu yang terlarang atau tak pantas.

Perbedaan antara Dewasa dan anak-anak
Anak-anak                                                                                            
·       Mencari bentuk
·       Tak mempunyai ketetapan
·       Tak ada kemerdekaan
·       Kelihatan mudah berubah
·       Lemah
·       Memerlukn bantuan
·       Sangat mudah terpengaruh (belum mempunyai keyakinan yang tetap)

Dewasa
·       Menampakkan diri sebagai bentuk
·       Beranggapan mempunyai ketetapan
·       Merdek
·       Tetap, stabil
·       Kuat
·       Membantu
·       Tahu mengambil dan menentukan jalan (tidak bergantung kepada orang lain)
Dua teori yang bertentangan tentang pendidikan
a.     Teori Tabularasa (John Lock dan Francis bacon)
Teori mengatakan bahwa anak yang baru lahir itu dapat diumpamakan sebagai kertas putih bersih yang belum ditulisi ( a sheet of white paper avoid of all characters). Jadi sejak lahir anak itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa. Anak dapat dibentuk sekehedk pendidiknya. Pendidikan atau lingkungan berkuasa atas pembentukn anak. Pendapat John Locke disebut juga dapat disebut empirisme.
b.    Teori Nativisme (Schopenhauer)
Lawan dari empirisme ialah nativisme Nativus (latin ) berarti karena kelahiran. Aliran nativisme berpendapat bahwa tiap-tiap anak sejak dilahirkan sudah mempunyai berbagai pembawaan yang akan berkembang sendiri menurut arah masing-masing.
Aliran pendidikan yang menganut paham nativisme  ini disebut aliran positivisme. Sedangkan yang menganut empirisme dan teori tabularasa disebut aliran optimisme
Kedua teori tersebut ternyata berat sebelah. Kedua-duanya ada benarnya dan tidak benarnya. Maka dari itu untuk mengambil kebenaran dari keduanya, W, Stern, ahli ilmu jiwa jerman telah memadukan kedua teori tersebut yang disebut dengan teori konvergensi
Menurut teori konvergensi hasil pendidikan anak-anak itu ditentukan 2 faktor : pembawaan dan lingkungan (Ngalim Purwanto, 2000 : 12-16)

Alat Pendidikan
Pengertian Alat Pendidikan
Alat pendidikan menurut Langeveld ialah suatu perbuatan atau situasi yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Contoh :
Jika seorang ayah mencat dinding rumahnya menjadi putih-bersih demi kenyamanan kehidupan keluarganya maka ia menyediakan lingkungan pendidikan (keluarga). Jika ayah tadi menggunakannya pula untuk menasehati anaknya agar membiasakan diri menjaga kebersihan maka ia menyediakan alat pendidikan (member nasihat merupakan alat pendidikan dan dinding tembok putih-bersih merupakan alat bantu pendidikan).
Macam Alat Pendidikan
Pembagian macam alat pendidikan dapat ditinjau dari segi wujudnya yaitu berupa :
a.              Perbuatan pendidik mencakup, teladan, perintah, perintah, pujian, teguran, ancaman, hukuman
b.             Benda-benda sebagai alat bantu mencakup alat bantu mencakup  meja-kursi belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis, buku, pena dan lainnya

Alat Pendidikan yang baik
Sebuah alat pendidikan yang akan digunakan, dikatakan baik berdasarkan pertimbangan berikut :
a.              Alat tersebut sesuai atau cocok dalam pencapaian tujuan pendidikan tertentu.
b.             Pendidik memahami peranan alat tersebut dan cakap menggunakannya.
c.              Anak didik mampu menerima penggunaan alat pendidikan itu sesuai dengan keadaan dirinya (jenis kelamin, bakat, sifat, usia, kemampuan)
d.             Alat pendidikan itu dapat membawa hasil yang diharapkan

Penggunaan Alat Pendidikan
A.            Teladan
Teladan  ialah tindakan pendidik yang disengaja untuk ditiru oleh anak didik. Teladan merupan alat pendidikan yang utama sebab terikat erat dalam pergaulan dan berlangsung secara wajar. Meskipun demikian, pendidikan perlu memberitakan kepada anak didik tingkah laku mana yang harus ditiru dan mana yang tidak. Teladan bermaksud membiasakan anak.
Contoh :
Guru berpakai bersih agar ditiru anak didik.
          Ada bahaya bahwa anak didik meniru tingkah laku guru yang belum pantas bagi anal-anak. Misalnya, siswa SD mulai merokok. Guru harus secara bijaksana menjelaskan alasannya mengapa anak didik harus meniru atau tidak harus harus meniru agar anak didik tidak merasa dipaksa
B.            Perintah
Perintah ialah tindakan pendidik menyeluruh anak didik melakukan anak didik melakukan sesuatu yang diharapan untuk mencapai tujuan tertentu. Perintah ini lahir dari pemahaman pendidik terhadap keadaan anak didik  dan niat untuk membantu anak didik. Perintah merupakan kelanjutan dari teladan yang tidak atau belum dituruti oleh anak didik
Contoh :
Guru selalu membuang sampah ke dalam bak sampah. Ternyata  masih ada kertas yang berserakan di langit.Siswa A hendak membuat kertas lewat jelas. Guru menyuruh siswa A maju kedepan dan membuang kertas tadi ke dalam bak sampah.
          Usahakan agar anak didik menerima perintah secara positif bukan karena merasa dipaksa melainkan karena alas an rasional
C.            Larangan
Larangan ialah tindakan pendidikan menyuruh anak didik tidak melakukan atau menghindari tingkah laku tertentu demi tercapainya tujuan pendidikan tertentu. Larangan ini mungkin merupakan kelanjutan dari tingkah laku orang dewasa yang ditiru oleh anak didik. Usahakan agar alasan larangan diketahui dan diterima oleh anak didik.
Contoh :
Guru melarang siswa merokok. Larangan diberikan karena tingkah laku itu tidak atau belum pantas dan juga merugikan anak .
D.           Pujian dan hadiah
Pujian dan hadiah adalah tindakan pendidik yang berfungsi memperkuat penguasaan tujuan pendidikan tertentu yang telah dicapai oleh anak didik. Tindakan ini merupakan pengkuan setuju terhadap yang telah dilakukan dan dicaai oleh anak didik. Pujian dan hadiah harus diberikan pada saat yang tepat yaitu segera sesudah anak didik berhasil(jangan ditunda). Jangan diberikan sebagai janji karena akan dijadikan sebagai tujuan kegiatan (hal ini merupakan penyimpangan).
E.            Teguran
Teguran merupakan tindakan pendidik untuk mengoreksi pencapaian tujuan pendidikan oleh anak didik. Biasanya teguran digunakan apabila anak didik tidak atau kurang bertingkah laku sesuai dengan perintah atau larangan. Teguran perlu disertai dengan usaha menyadarkan anak didik akan ketidaktepatan tingkah lakunya dan akibatnya agar menerima teguran itu dengan rela hati.
F.      Ancaman
Ancaman ialah tindakan pendidik mengoreksi secara keras tingkah laku anak didik yang tidak diharapkan dan disertai perjanjian jika terulang lagi akan diberi hukuman. Ancaman merupakan kelanjutan dari teguran. Ancaman lazimnya menimbulkan ketakutan, dan menimbulkan kemungkinan anak didik menerima karena mengerti atau anak didik menerima karena takut atau anak didik menolak karena tidak mau dipaksa. Usahakan agar ancaman digunakan pada saat yang tepat, misalnya pelanggaran berulang kali dan cukup berat dan jangan membiasakan diri untuk selalu menggunakan alat ini.
G.      Hukuman
Hukuman merupakan alat pendidikan istimewa sebab membuat anak didik menderita. Hukuman ialah tindakan pendidik terhadap anak didik karena melakukan kesalahan dan dilakukan agar anak didik tidak lagi melakukannya. Berat ringannya hukuman bergantung pada tujuan yang hendak dicapai dan keadaan anak didik. Bentuk hukuman berupa hukuman badan, hukuman perasaan (diejek, dipemalukan, dimaki), hukuman intelektual. Sebaiknya jangan menggunakan hukuman badan dan hukuman perasaan karena dapat mengganggu hubungan kasih sayang antara pendidik dan anak didik. Biasakan diri dengan menggunakan hukuman intelektual artinya anak didik diberi kegiatan tertentu sebagai hukuman berdasarkan alasan bahwa kegiatan itu akan langsung membawanya ke perbaikan proses catatan hasil belajarnya.
Contoh :
Mahasiswa tidak melakukan tugas rumah berulang kali. Ia perlu mendapat hukuman yang bertujuan agar ia rajin belajar dan memperoleh kemampun akademik.
     Ada berbagai dasar pandangan mengenai pemberian hukuman ;
·       Anak didik memperbaiki perbuatannya
·       Anak didik mengganti kerugian akibat perbuatannya
·      Masyarakat atau orang lain dilindungi sehingga tidak meniru perbuatan yang salah
·       Anak didik takut mengulangi perbuatan yang salah
·      Anak didik belajar dari pengalaman (hukuman alam). Misalnya anak naik pohon dan jatuh. Ia merasa sakit .ya, itulah hukumannya.
Semua jenis alat pendidikan tersebut harus digunakan demi kepentingan anak didik yaitu perkembangannya menuju pribadi dewasa susila. Pendidik menggunakan alat pendidikan dengan dasar kasih sayang terhadap anak didik bukan atas dasar dendam dan sakit hati (  Wens Tanlain, 1989 : 51-58 )


Anak Didik
Anak didik ialah manusia dalam perjalanan ke kemanusiaannya. (Drikarya, 1980 : 79). Anak didik dalam arti umum adalah setipa orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Anak didik dalam arti sempit ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.
Karakteristik Anak Didik
Anak didik memiliki karakteristik tertentu
1.             Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik
2.             Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik
3.             Sebagai manusia memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu : seperti emosi, kemampuan berbicara, intelegensi dan lain-lain.
Tanggung jawab dan ketergantungan anak didik
Hal ini erat kaitannya dengan (a) kemerdekaan memilih dan berbuat sesuai dengan norma, nilai keanusiaan, (b) tanggung jawab dan kewibawaan pendidik. Anak bertanggung jawab atas hidupnya namun karena keterbatasannya tanggung jawab ini dibebankan kepada pendidik (pendidik mewakili kata hati anak didik ). Anak didik yang menerima tanggung jawab dan kewibawaan pendidik menyerahkan ketergantungannya kepada pendidik ( Wens Tanlain, 1989 : 33- 34)
Tahapan perkembangan anak didik
a.              Tahap taman kanak-kanak (3-6 tahun)
          Perubahan berupa kemajuan yang dialami anak didik antara lain
·                Berbahasa lisan, pandai bercerita
·                Mengenal pola kehidupan sosial, ikut dalam kegiatan keluarga, tetangga, teman bermain
·                Mengerti dan menguasai keterampilan untuk melayani kebutuhan sehari-hari
·                Mulai mengenal dirinya dan kehendaknya secara keinginannya sendiri sehingga kelihatannya melawan orang dewasa (Protes Periode I)
·                Mulai berkhayal dan belum dapat membedakan secar tegas kenyataan dan khayalan
·                Sering berdusta tetapi bukan untuk menipu
b.             Tahap Sekolah Menengah (6-12 tahun)
Perubahan berupa kemajuan yang dialami anak didik antara lain
·                Senang menggunakan bahasa sebagai ekspresi seni dan tertrik pada buku cerita
·                Selalu sibuk dalam usaha meningkatkan pengetahuannya
·                Senang menggumpulkan benda-benda
·                Senang berkelompok dengn teman sebaya
·                Pada akhir masa ini anak sudah memahami jenis kelamin masing-masing dan peranannya karena itu berusaha menarik perhatian lawan jenis
·                Kemampuan berpikir dan melihat hubungan sebab akibat
c.              Tahap Sekolah Menengah
Perubahan berupa kemajuan yang dialami anak didik antara lain
·                Perkembangan intelek terarah kebidang yang menarik minat dan sesuai dengan kemampuan sehingga mulai memilih
·                Mengenali diri dan lingkungan dengan lebih baik dalam rangka mengadakan penyesuaian
·                Sering melawan orang dewasa (protes periode II) karena yakin bahwa ia mampu menentukan dan melaksanakan sendiri keputusannya
d.             Tahap Dewasa (20 tahun keatas)
Pada umumnya pada tahap ini anak didik sudah dapat bertanggung jawab sendiri atas hidupnya( pribadi dewasa susila). Perubahan berupa kemajuan yang dialami antara lain :
·       Mampu memasuki bidang pekerjaan tertentu
·       Memiliki keahian dibidang tertentu
·       Memiliki kematangan sikap dan reaksi perasaan
·       Mampu berkomunikasi dengan orang lain
·      Memiliki pandangan hidup yang jelas yang digunakan untuk pedoman hidup ( Wens Tanlain, 1989 : 70-73)

Pendidik
Secara umum dikatakan bahwa setiap orang dewasa dalam masyarakat dapat menjadi pendidik sebab pendidikan merupakan suatu perbuatan sosial, perbuatan fundmental yang menyangkut keutuhan perkembangan pribadi anak didik menuju pribadi dewasa susila.
Karakteristik pendidik
1.             Kematangan diri yang stabil : memahami diri, mencintai diri secara wajar dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai itu sehingga ia bertanggung jawab sendiri atas hidupnya
2.             Kematangan sosial yang stabil : mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masyrakatnya, dan kecakapan membina kerja sama dengan orang lain (nomor 1 dan 2 biasanya dinyatakan dengan pribadi dewasa, susila, sosial)
3.             Kematangan profesional (kemampuan mendidik) : menaruh perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik, mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya memiliki kecakapan dalam menggunakan cara-cara mendidik.
Tanggung jawab pendidik
          Pendidik yang bertanggung jawab memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
·                Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan
·                Mau memikul tugas mendidik secara bebas, berani, gembira (tugas bukan menjadi beban)
·                Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat yang timbul
·                Menghargai orang lain termasuk anak didik
·                Bijaksana dan hati-hati
·                Taqwa kepada Tuhan

Syarat-syarat menjadi pendidik yang baik
          Hal ini terdapat dalam Undang-Undang no 12 tahun 1954, yaitu :
a.              Berijazah
b.             Sehat jasmani dan rohani
c.              Takwa kepada Tuhan dan berkelakuan baik
d.             Bertanggung jawab
e.              Berjiwa nasional(Ngalim Purwanto, 2000 :139)

Kewibawaan Pendidik
          Kewibawaan pendidik nampak dlam komunikasi pendidikan dan berfungsi memperlancar komunikasi itu. Jadi, kewibawaan pendidik muncu bersama dengan tanggung jawab pendidik. Kewibawaan pendidik lahir dari pengakuan, penerimaan, kepercayaan dan kepatuhan anak didik terhadap pendidik bukan karena paksaan, peraturan, atau ketakutan melainkan karena kepercayaan.
(Wens Tanlain,1989 : 39-32)
Tujuan Pendidikan
            Tujuan pendidikan adalah suatu gambaran dari falsafah atau pandangan hidup manusia, baik secara perorangan maupun secara kelompok.
            Tujuan pendidikan negara harus memiliki tiga nilai yaitu
            Pertama, otonomi yang berarti memberikan kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan kepada individu maupun kelompok untuk dapat hidup mandiri dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik.
            Kedua, equity (keadilam) yang berarti bahwa tujuan pendidikan tersebut harus mmberi kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk dapat berpartisifasi salam kehidupan ekonomi, dan berbudaya dengan memberinya pendidikan dasar yang sama.
            Ketiga, survival yang berarti bahwa dengan pendidikan akan menjamin pewarisan kebudayaan dri satu generasi kepada generasi berikutnya (Burhanuddin Salam, 1997:11 - 12)
Dasar dan tujuan pendidikan formal
Nilai-nilai Pancasila menjadi dasar pendidikan nasional dan sekaligus menjadi tujuan  pendidikan nasional
Secara singkat dikatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah membangun manusia-manusia pancasila yang memiliki ciri-ciri :
·       Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
·       Cerdas, terampil, berbudi pekerti
·       Mempunyai semangat kebangsaan
·       Dapat membangun diri sendiri
·       Bersama orang lain membangun bangsa

Hierarki Tujuan-tujuan pendidikan
a.     Tujuan umum/ akhir/ lengkap/ yaitu anak menjadi pribadi dewasa susila
b.    Pengkhususan tujuan umum sesuai dengan lingkungan pendidikan
c.     Tujuan insidental yang bersifat sesaat
d.    Tujuan sementara yang dicapai anak pada tiap fase perkembangan
e.     Tujuan tak lengkap
f.     Tujuan intermedier (Wens Tanlain, 1989 : 21-24) 


Daftar Pustaka :

Purwanto, Ngalim. 2000. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : PT     Remaja Rosdakarya
Salam, Burhanudin. 1997. Pengantar Pedagogik. Jakarta : Rineka Cipta
Sudirman. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Tanrain,Wens. 1989. Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT Gramedia

No comments:

Post a Comment