Aku dulu tertarik membeli buku ini karena tertulis terjual lebih dari 5 juta kopi, peraih Hugo
Award dan Nebula Award, wah,wah kemudian dari judulnya pun membuatku
penasaran. Judulnya kan-Charlie Si Jenius
Dungu- lha,, Jenius ko dungu? Trus baca deh sinopsisnya dibelakang, owh
rupanya Si pemeran Charlie disini memiliki keterbelakangan mental lalu berubah
jadi Jenius lalu kemungkinan fifty firty ( masih berupa tanda tanya),,si
Charlie ini berubah jadi bodoh lagi atau tetap jenius? Tweng,,,dan akhirnya
kurogoh lah kantongku untuk membeli novel ini,
Sinopsisnya
sebagai berikut :
Charlie, seorang penyapu
lantai, terlahir dengan IQ 68 dan selalu jadi bahan olok-olok teman-temannya,
hingga suatu saat ekserimen yang dimaksudkan untuk meningkatkan kecerdasan
manusia mengubahnya menjadi seorang jenius.
Tapi kemudian, Algernon,
seekor tikus yang sebelumnya sukses melalui eksperimen yang sama mengalami kemunduran
kecerdasan secara drastis dan akhirnya mati. Aknkah hal yang sama akan terjadi
pada Charlie?
Setelah membaca novel ini, mmm walaupun awalnya rada-rada membosankan
karena yah berupa laporan hasil perkembangan kecerdasan gitu, semacam diary, bertele-tele,
namun pas nyampe di tengah cerita pas Charlie mulai jenius aku jadi tertarik,
aku merasakan emosi cerita pada scene ini, apalagi pas Charlie mengalami
kemunduran kecerdasan,..hiks..Dan Endingnya gimana? Ternyata....si Charlie kembali keasal ‘alias jadi
bodoh lagi’,,,Daniel Keyes berhasil mendeskripsikan kisah ini dengan mengalir. DAN
mengharukan....
Pesan moral yang ku dapat dari novel ini adalah walaupun dengan IQ
rendah bukan berarti dunia ini jahat pada kita, tapi dibalik kekurangan itu
pasti ada hikmahnya, jadilah dirimu sendiri, gimana pun kamu, terimalah, asalkan
kau berbuat yang terbaik maka kaupun
akan bahagia. hidup itu jangan dibuat rumit.
Seperti Charlie, saat ia berubah menjadi orang lain (jenius) dia malah
tidak bahagia karena terjadi perubahan yang sangat kontras dengan dirinya
sebelumnya. Charlie yang jenius punya banyak pikiran (banyak kemelut-kemelut
permasalahan), berbeda dengan Charlie yang dungu ia merasa lebih tenang, kesimpulanya:
dia lebih bahagia menjadi charlie yang dungu dan polos daripada jenius dengan
cara instan tapi tidak mendapatkan hasil yang maksimal dan kekal.
Oh ya, untungnya membaca novel ini adalah ku jadi tau bagaimana para
ahli psikologi dilaboratorium itu melakukan eksperimen serta bagaimana tes-tes psikologi dilakukan. #pengetahuan
baru untukku#
Dan satu lagi,
aku suka kalimat pembuka pada hal 6
Setiap orang yang
berakal sehat akan ingat bahwa kekaguman indra penglihatan ada dua jenis dan
terjadi ketika muncul cahaya ataupun memasuki cahaya itu sendiri. Maka benar
jika dikatakan bahwa mata akal serupa dengan mata kepala. Dan barang siapa
menginat hal itu ketika menyaksikan orang yang penglihatannya kabur dan lemah
tidak akan serta merta tertawa. Sebelumnya ia akan bertanya apakah jiwa
laki-laki itu berasal dari kehidupan yang lebih terang sehingga tidak dapat
meihat dengan baik karena tak terbiasa dengan kegelapan atau ia baru saja
kembali dari kegelapan lalu memasuki hari yang cerah sehingga menjadi pening
karena limpahan cahaya. Lalu ia akan menganggap lelaki itu bahagia dalam
kondisi tsb, kemudian ia akan mengasihani yang lainnya. Atau jika ia bermaksud
menertawakan jiwa yang berasal dari kegelapan menuju ke cahaya itu,akan ada
alasan lain. Bukan hanya tawa yang menyambut lelaki yang kembali dari atas
cahaya kemudian memasuki sarang yang gelap.
Plato,
The Repubic
Happy Writting
^^
No comments:
Post a Comment