Total Pageviews

Thursday, 24 January 2013

Review Novel Klasik "Charlie Si Jenius Dungu" -- Daniel Keyes


Aku dulu tertarik membeli buku ini karena tertulis terjual lebih dari 5 juta kopi, peraih Hugo Award dan Nebula Award, wah,wah kemudian dari judulnya pun membuatku penasaran. Judulnya kan-Charlie Si Jenius Dungu- lha,, Jenius ko dungu? Trus baca deh sinopsisnya dibelakang, owh rupanya Si pemeran Charlie disini memiliki keterbelakangan mental lalu berubah jadi Jenius lalu kemungkinan fifty firty ( masih berupa tanda tanya),,si Charlie ini berubah jadi bodoh lagi atau tetap jenius? Tweng,,,dan akhirnya kurogoh lah kantongku untuk membeli novel ini,
Sinopsisnya sebagai berikut :

Charlie, seorang penyapu lantai, terlahir dengan IQ 68 dan selalu jadi bahan olok-olok teman-temannya, hingga suatu saat ekserimen yang dimaksudkan untuk meningkatkan kecerdasan manusia mengubahnya menjadi seorang jenius.
Tapi kemudian, Algernon, seekor tikus yang sebelumnya sukses melalui eksperimen yang sama mengalami kemunduran kecerdasan secara drastis dan akhirnya mati. Aknkah hal yang sama akan terjadi pada Charlie?
Setelah membaca novel ini, mmm walaupun awalnya rada-rada membosankan karena yah berupa laporan hasil perkembangan kecerdasan gitu, semacam diary, bertele-tele, namun pas nyampe di tengah cerita pas Charlie mulai jenius aku jadi tertarik, aku merasakan emosi cerita pada scene ini, apalagi pas Charlie mengalami kemunduran kecerdasan,..hiks..Dan Endingnya gimana?  Ternyata....si Charlie kembali keasal ‘alias jadi bodoh lagi’,,,Daniel Keyes berhasil mendeskripsikan kisah ini dengan mengalir. DAN mengharukan....
Pesan moral yang ku dapat dari novel ini adalah walaupun dengan IQ rendah bukan berarti dunia ini jahat pada kita, tapi dibalik kekurangan itu pasti ada hikmahnya, jadilah dirimu sendiri, gimana pun kamu, terimalah, asalkan kau berbuat yang terbaik  maka kaupun akan bahagia. hidup itu jangan dibuat rumit.
Seperti Charlie, saat ia berubah menjadi orang lain (jenius) dia malah tidak bahagia karena terjadi perubahan yang sangat kontras dengan dirinya sebelumnya. Charlie yang jenius punya banyak pikiran (banyak kemelut-kemelut permasalahan), berbeda dengan Charlie yang dungu ia merasa lebih tenang, kesimpulanya: dia lebih bahagia menjadi charlie yang dungu dan polos daripada jenius dengan cara instan tapi tidak mendapatkan hasil yang maksimal dan kekal.
Oh ya, untungnya membaca novel ini adalah ku jadi tau bagaimana para ahli psikologi dilaboratorium itu melakukan eksperimen serta  bagaimana tes-tes psikologi dilakukan. #pengetahuan baru untukku#
Dan satu lagi, aku suka kalimat pembuka pada hal 6
Setiap orang yang berakal sehat akan ingat bahwa kekaguman indra penglihatan ada dua jenis dan terjadi ketika muncul cahaya ataupun memasuki cahaya itu sendiri. Maka benar jika dikatakan bahwa mata akal serupa dengan mata kepala. Dan barang siapa menginat hal itu ketika menyaksikan orang yang penglihatannya kabur dan lemah tidak akan serta merta tertawa. Sebelumnya ia akan bertanya apakah jiwa laki-laki itu berasal dari kehidupan yang lebih terang sehingga tidak dapat meihat dengan baik karena tak terbiasa dengan kegelapan atau ia baru saja kembali dari kegelapan lalu memasuki hari yang cerah sehingga menjadi pening karena limpahan cahaya. Lalu ia akan menganggap lelaki itu bahagia dalam kondisi tsb, kemudian ia akan mengasihani yang lainnya. Atau jika ia bermaksud menertawakan jiwa yang berasal dari kegelapan menuju ke cahaya itu,akan ada alasan lain. Bukan hanya tawa yang menyambut lelaki yang kembali dari atas cahaya kemudian memasuki sarang yang gelap.
                                                                                                                                Plato, The Repubic
Happy Writting ^^

No comments:

Post a Comment