Pendidikan pada manusia dimulai semenjak
manusia dilahirkan kedunia. Dalam hadits Nabi disebutkan :
“Setiap anak yang
dilahirkan kedunia itu dalam keadaan suci, hanya kedua orang tuannya lah yang
membuat anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Muslim)
Dari
hadits tersebut dapat dipahami bahwa manusia dilahirkan kedunia ini, pertama
kali tidak mengetahui apa-apa. Teori behaviorisme dalam psikologi beranggapan
bahwa manusia semenjak lahir bukan baik dan bukan jahat. Dia adalah tabula rasa, putih seperti kertas.
Pendidikanlah yang memegang peranan membentuk pribadinya.
Terkait
dengan itu pendidikan akhlak sangat penting dan pengaruhnya sangat besar dalam
membentuk tingkah laku manusia. Akhlak islam adalah sebagai alat untuk
mengontrol semua perbuatan manusia dan setiap perbuatan manusia diukur dengan
suatu sumber Al-quran dan hadits. Dimana keduanya berfungsi memberi petunjuk
yang sebaik-baiknya jalan.
Menurut psikologi, bayi adalah periode perkembangan
yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa
yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang
terjadi hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi
sensorimotor, dan belajar sosial
Telah
menjadi ketetapan bahwa setiap bayi yang lahir pasti menangis, kecuali bayi
yang lahir tanpa ruh didalamnya. Disinilah langkah awal pendidikan akhlak pada
bayi yakni setiap bayi (muslim) yang baru lahir diperintahkan untuk
dikumandangkan adzan. Mengapa demikian?
Setiap
manusia lahir kedunia telah diikuti oleh
syetan. Sejak itu syetan selalu menggoda kita agar senantiasa menjauhi
ajaran-ajaran Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ternyata jika kita hubungkan
dengan tangisan si bayi itu adalah karena ia ditikam oleh syetan laknatullah,
tepat dibagian perut. Perbuatan syetan ini tidak bisa dilihat secara kasat mata
oleh manusia tetapi hanya dapat dirasakan oleh bayi itu sehingga ia merasa
sakit dan akhirnya menangis dengan kerasnya.
Diriwayatkan
oleh Abu Hurairah, beliau berkata :
“Saya mendengar
Rasulullah bersabda ,” tidak ada seorang anak Adam yang lahir kecuali dipegang
oleh syetan ketika ia dilahirkan sehingga ia berteriak menangis karena pegangan
syetan, kecuali maryam dan anaknya.”
Dikumandangkannya
adzan ketika bayi lahir adalah agar syetan-syetan yang menyertai itu lari dan menjauhi si bayi tersebut. Hal
ini juga dilakukan sebagai pengenalan lafadz Allah kepada si bayi bahwa Allah
lah sang penciptanya karena sebenarnya bayi yang dilahirkan memiliki beberapa
insting diantaranya insting keagamaan yang diharapkan si bayi kelak akan
menjadi anak yang taat kepadaNya. Demikianlah langkah pertama pendidikan akhlak
bagi seorang bayi yang baru dilahirkan.
Kemudian
selain itu pendidikan akhlak yang bisa diajarkan kepada bayi adalah dengan
mendengarkan lantunan ayat-ayat al-quran, asmaul husna dan shalawat nabi agar
si bayi diharapkan memiliki akhlak qur’ani.
Di
Statiun televisi RCTI pada bulan puasa tahun 2013 mengadakan acara Hafidz Indonesia
dimana para kontestannya anak-anak kecil yang hapal beberapa juz al-quran.
Disela-sela komentar penayangan hafidz Indonesia, rata-rata orang tua dari
kontestan hafidz Indonesia itu membiasakan memperdengarkan lantunan ayat
al-qur’an kepada anaknya sejak mereka bayi. Karena secara tidak langsung bahasa
al-qur’an itu sangat mudah dicerna oleh semua orang, anak kecil bahkan bayi
sekalipun.
Muhtadi
Ahmad (Adi) berusia 3 tahun adalah kontestan terkecil dalam hafidz qur’an ia
tidak bisa membaca latin tapi bisa membaca bahasa arab dan bisa berbahasa arab
dan dia juga hapal al-quran diatas 3 juz. Lalu ayah Adi, menuturkan ia bisa
seperti itu karena ia dibiasakan dengan al-quran sejak berumur 2 atau 3 bulan,
lalu diberikan stimulus visual dengan kata bahasa arab setiap harinya, lalu membisiki
nya dengan ayat al-qur’an bahkan waktu hamil ibu Adi sudah sering memdengarkan
ayat al-qur’an.
Lalu
yang menjadi pertanyan adalah apakah seseorang yang hafal al-qur’an atau sering
mendengarkan al-qur’an akan selalu berakhlak mulia? Bukankah al-quran adalah
bacaan yang paling mulia. Jadi seseorang yang menggeluti al-quran akan secara
tidak langsung dekat dengan tuhannya, minimal dia tahu larangan baik dan buruk.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa berakhlak al-qur’an adalah yang menjadi
tujuan kita. Dan pendidikan akhlak bisa dimulai dari bayi bahkan ketika ibu
mengandung.
Sumber
:
Mansyur.
2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam
Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Muhyidin,
Muhammad. 2004.Mengajar Anak Berakhlak
Al-quran. Bandung :PT Remaja Rosdakarya
Salimin,
Saridi. 2011. Membentuk karakter cerdas.
Tulungagung : Cahaya Abadi
No comments:
Post a Comment