Total Pageviews

Friday, 13 December 2013

PENDIDIKAN AKHLAK TERHADAP BAYI



Pendidikan pada manusia dimulai semenjak manusia dilahirkan kedunia. Dalam hadits Nabi disebutkan :
“Setiap anak yang dilahirkan kedunia itu dalam keadaan suci, hanya kedua orang tuannya lah yang membuat anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Muslim)
Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa manusia dilahirkan kedunia ini, pertama kali tidak mengetahui apa-apa. Teori behaviorisme dalam psikologi beranggapan bahwa manusia semenjak lahir bukan baik dan bukan jahat. Dia adalah tabula rasa, putih seperti kertas. Pendidikanlah yang memegang peranan membentuk pribadinya.

Terkait dengan itu pendidikan akhlak sangat penting dan pengaruhnya sangat besar dalam membentuk tingkah laku manusia. Akhlak islam adalah sebagai alat untuk mengontrol semua perbuatan manusia dan setiap perbuatan manusia diukur dengan suatu sumber Al-quran dan hadits. Dimana keduanya berfungsi memberi petunjuk yang sebaik-baiknya jalan.
Menurut psikologi, bayi adalah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial

Telah menjadi ketetapan bahwa setiap bayi yang lahir pasti menangis, kecuali bayi yang lahir tanpa ruh didalamnya. Disinilah langkah awal pendidikan akhlak pada bayi yakni setiap bayi (muslim) yang baru lahir diperintahkan untuk dikumandangkan adzan. Mengapa demikian?
Setiap manusia  lahir kedunia telah diikuti oleh syetan. Sejak itu syetan selalu menggoda kita agar senantiasa menjauhi ajaran-ajaran Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ternyata jika kita hubungkan dengan tangisan si bayi itu adalah  karena ia ditikam oleh syetan laknatullah, tepat dibagian perut. Perbuatan syetan ini tidak bisa dilihat secara kasat mata oleh manusia tetapi hanya dapat dirasakan oleh bayi itu sehingga ia merasa sakit dan akhirnya menangis dengan kerasnya.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, beliau berkata :
“Saya mendengar Rasulullah bersabda ,” tidak ada seorang anak Adam yang lahir kecuali dipegang oleh syetan ketika ia dilahirkan sehingga ia berteriak menangis karena pegangan syetan, kecuali maryam dan anaknya.”
Dikumandangkannya adzan ketika bayi lahir adalah agar syetan-syetan yang menyertai  itu lari dan menjauhi si bayi tersebut. Hal ini juga dilakukan sebagai pengenalan lafadz Allah kepada si bayi bahwa Allah lah sang penciptanya karena sebenarnya bayi yang dilahirkan memiliki beberapa insting diantaranya insting keagamaan yang diharapkan si bayi kelak akan menjadi anak yang taat kepadaNya. Demikianlah langkah pertama pendidikan akhlak bagi seorang bayi yang baru dilahirkan.
Kemudian selain itu pendidikan akhlak yang bisa diajarkan kepada bayi adalah dengan mendengarkan lantunan ayat-ayat al-quran, asmaul husna dan shalawat nabi agar si bayi diharapkan memiliki akhlak qur’ani.
Di Statiun televisi RCTI pada bulan puasa tahun 2013 mengadakan acara Hafidz Indonesia dimana para kontestannya anak-anak kecil yang hapal beberapa juz al-quran. Disela-sela komentar penayangan hafidz Indonesia, rata-rata orang tua dari kontestan hafidz Indonesia itu membiasakan memperdengarkan lantunan ayat al-qur’an kepada anaknya sejak mereka bayi. Karena secara tidak langsung bahasa al-qur’an itu sangat mudah dicerna oleh semua orang, anak kecil bahkan bayi sekalipun.
            Muhtadi Ahmad (Adi) berusia 3 tahun adalah kontestan terkecil dalam hafidz qur’an ia tidak bisa membaca latin tapi bisa membaca bahasa arab dan bisa berbahasa arab dan dia juga hapal al-quran diatas 3 juz. Lalu ayah Adi, menuturkan ia bisa seperti itu karena ia dibiasakan dengan al-quran sejak berumur 2 atau 3 bulan, lalu diberikan stimulus visual dengan kata bahasa arab setiap harinya, lalu membisiki nya dengan ayat al-qur’an bahkan waktu hamil ibu Adi sudah sering memdengarkan ayat al-qur’an.
Lalu yang menjadi pertanyan adalah apakah seseorang yang hafal al-qur’an atau sering mendengarkan al-qur’an akan selalu berakhlak mulia? Bukankah al-quran adalah bacaan yang paling mulia. Jadi seseorang yang menggeluti al-quran akan secara tidak langsung dekat dengan tuhannya, minimal dia tahu larangan baik dan buruk. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa berakhlak al-qur’an adalah yang menjadi tujuan kita. Dan pendidikan akhlak bisa dimulai dari bayi bahkan ketika ibu mengandung.
Sumber :
Mansyur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Muhyidin, Muhammad. 2004.Mengajar Anak Berakhlak Al-quran. Bandung :PT Remaja Rosdakarya
Salimin, Saridi. 2011. Membentuk karakter cerdas. Tulungagung : Cahaya Abadi

No comments:

Post a Comment